Minggu, 02 September 2012

- INDONESIA DI MASA MENDATANG -

   Kalau di era Perang Dingin dunia terbagi menjadi dua kutub Ideologi yaitu Kapitalis dan Sosialis ( Komunis ), sekarang situasi dunia terbagi karena persaingan ekonomi antara Amerka serikat, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, dan kelompok China, India, Rusia, Brazil. Kegagalan globalisasi ekonomi yang diikuti dengan globalisasi disegala bidang pada akhirnya merugikan Barat, yang terjadi adalah capital flight, transfer tehnologi secara cepat, dan fundamentalisme pasar dengan praktek ekonomi gelembung mengakibatkan krisis moneter dan resesi dunia ( Barat khususnya ) dimulai dengan jatuhnya Wall Street pada tahun 2008, Kontraksi ekonomi ini tidak terlalu besar dampaknya yang dirasakan oleh rakyat Amerka Serikat pada saat itu. Salah satu contoh karena harga bahan bakar ( Gasoline ) setara Pertamax turun dari berkisar US$ 4 menjadi berkisar US$ 2 per galon. Kondisi tersebut tentunya membuat efek domino penurunan harga harga barang yang lain, ditambah lagi pemerintah Obama berjuang untuk melakukan ball out US$ 700 millyar pada sektor main street ( untuk kepentingan rakyat termasuk asuransi dan santunan pengangguran / wellfare.). Hal ini menunjukan adanya intervensi pemerintah Amerika Serikat dalam mengendalikan ekonomi, jadi tidak murni menetrapkan ekonomi liberal sebagaimana negara kapitalis seperti yang digambarkan pada faham kapitalisme klasik, dan pergeseran ini membuktikan kebenaran teori Karl Marx mengenai perkembangan historis materialisme ( gambar perkembangan spiral ). Peristiwa di Amerila Serikat berbeda dengan kondisi di Indonesia pada waktu terjadi krisis yang sama, barang barang kebutuhan menjadi melambung tinggi menurunkan tingkat kesejahteraan rakyat. Masyarakat Indonesia khususnya kalangan bawah resisten terhadap krisis ini bukan pada fundamental ekonominya yang baik tetapi dukungan budaya dan kekayaan alamnya. penjelasan diatas dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa fungsi negara apapun bentuk dan systemnya seharusnya mementingkan kepentingan rakyatnya seperti tercantum pada sila ke empat Pancasila yaitu Kerakyatan.
    Kita mengetahui modal ( capital ) dan sebagian fasilitas produksi industri di Eropa dan Amerika Serikat dipindahkan ke china, barang barang bermerk Eropa dan AS dibuat di China ( made in Cina ) mulai dari peralatan rumah tangga, pakaian, toll, peralatan instrumen, peralatan komunikasi & elektronik, industri otomotif dan sebagainya. Karena tidak dilindungi oleh hukum yang memadai, selanjutnya Cina meniru produk barat tersebut dan dijual dipasar yang sama dengan harga yang jauh lebih murah. Masyarakat Eropa dan Amerika dari mana tehnologi itu berasal menjadi konsumen murni, modal atau kapital tidak mampu menghambat kondisi tersebut. Hal ini dialami juga oleh rakyat Indonesia hampir sama produk pakaian yang dijual di Tanah Abang, Mangga Dua, Pasar Turi dan pasar Atom di Surabaya adalah produk cina, industri pakaian dalam negri banyak yang gulung tikar " Pemerintah harus membatasi produk cina supaya produk dalam negri punya nilai jual ". demikian ungkapan  dari para pedagang pribumi. Contoh yang lain pada awalnya Bawang Putih impor cina dijual Rp 4000 per kilogram setelah Petani Bawang Putih lokal sekarat, harganya meningkat diatas Rp 15000 per kilogram, Buah buahan impor membanjiri pasar dan kios kios buah. Barang barang konsumen impor dijual murah walaupun kwalitasnya sangat rendah, mematikan industri dalam negri sehingga terjadi proses deindustrialisasi yang diikuti membengkaknya angka pengangguran.
  Untuk mengembalikan kemampuan produksi barang memerlukam modal, waktu dan usaha keras yang tidak dilakukan oleh pemerintah sekarang ini, ketahanan nasional disektor konsumsi bahan pangan dan sandang sangat rawan dan rentan terhadap krisis. Resesi sebagai dampak situasi seperti diatas dialami masyarakat Barat dan Jepang sampai akhir tahun 2010 bahkan mungkin berjalan terus sampai waktu yang tidak menentu.
    Yang patut disesalkan adalah prilaku sebagian warganegara keturunan cina, baik yang bergerak disektor jasa maupun manufaktur, dalam kehidupan sehari hari tidak menunjukan rasa nasionalisme sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Dengan kekuatan jaringan mereka menguasai semua sektor ekonomi retail dari tingkat Desa sampai nasional, ditingkat desa warung warung kecil sekarat, dan memasukan barang barang produk cina melalui jaringan retail tersebut, tentu hal ini dapat di argumentasi keSahannya dengan situasi kebijakan pemerintah tentang pasar bebas. Saya mengindikasikan adanya usaha usaha mendominasi ekonomi Indonesia oleh kelompok kelompok tersebut tanpa didasari nasionalisme ( kepentingan nasional ), dasar pemikiran ini dapat menjelaskan mengapa Indonesia belum mampu membuat kendaraan sendiri ? Sepeda Motor Vespa ( Piagio- Italy ) pernah diproduksi di India dan Indonesia. India dapat mengembangkan jadi produksi Bajaj sedangkan Indonesia tidak !!!. Malaysia mempunyai Proton dari pengembangan produk Mitsubishi sedangkan Indonesia tidak !!!. Pengusaha pengusaha otomotif yang perlu diminta tanggung jawab yang hanya cari keuntungan tanpa memperdulikan kepentimgan kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh lain yang mudah dilihat adalah membawa hasil korupsi dan manupulasi ekonomi ke luar negri, seperti tidak ada keterikatan dan tangguang jawab sebagai warganegara.  ( Mulyadi )
















   
   

























  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar