Jumat, 20 Juli 2012

< Meliput Isu Reformasi Sektor Keamanan >

         Jurnalis perlu berusaha memperkaya informasi dengan wawancara dan riset tambahan.

Dalam peliputan berita isu reformasi sektor keamanan, Jurnalis harus menghindari  penggunaan sumber tunggal, apalagi itu sumber resmi, tak beragamnya sumber informasi bisa membuat berita lebih mirip propaganda dari pada informasi. Dalih soal tenggat waktu yang terbatas, tak cukup kuat untuk menolak perlunya keragaman nara sumber.

Dengan hanya mengutip satu nara sumber, informasi menjadi sangat sepihak. Seperi lazimnya pejabat, ada kecenderungan tak mengakui kekurangan atau kesalahan,sehingga informasi itu lebih banyak menyoroti hal positif dan menyembunyikan sisi negatifnya, dengan kata lain, sumber tunggal informasi membuat pembaca tak bisa memahami fakta sebenarnya.

Propaganda cenderung menyeleksi fakta, atau mengarang fakta demi kepentingan persuasi dan manipulasi. Penulisan fiksi umumnya menciptakan scenario untuk sampai pada kesan lebih personal dari apa yang disebut kebenaran. Hanya praktik jurnalisme yang berfokus menceritakan apa yang terjadi setepat tepatnya.

Seperti halnya peta, nilai jurnalis bergantung pada kelengkapannya dan proporsionalitasnya, mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta membantu kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi.

Pengayaan melalui riset yang dilakukan baik melalui wawancara, penelusuran internet, maupun kajian dokumen, adalah keniscayaan bagi para jurnalis agar menghasilkan berita jujur, obyektif, kredibel dan sepenuhnya memperjuangkan kebenaran, sebab tujuan utama jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, keinginan agar kebenaran tersaji dalam tiap informasi yang disampaikan adalah hal yang elementer. 

Sikap jurnalis dan Kode Etik :

Salah satu watak dasar dari profesi Jurnalis adalah sikap kritis. Ini sudah dimulai sjak Jurnalis melakukan peliputan di Lapangan. Dalam contoh Ekstrem, Jurnalis tak boleh bepercaya begitu saja kepada nara sumber, artinya Jurnalis harus bersikap kritis terhadap pernyataan dari nara sumber. Salah satu caranya menguji informasi yang diucapkannya, jika itu sebuah pendapat, dipertanyakan argumentasinya, jika itu berupa fakta harus dikejar  bukti pendukungnya. 

Sikap kritis sangat penting agar Jurnalis mendapat fakta yang bisa di Verifikasi dan memastikan setiap nara sumber bahwa Jurnalis tak bisa memuat berita yang tak punya dasar sama sekali.

Saat menjalankan tuigasnya Jurnalis dituntut bersikap profesional. Dalam KOde vEtik Jurnalistik, ada sejumlah hal yang tak boleh diabaikan, antara lain :

* Tidak menggunakan cara yang tidak etis dalam mencari informasi, antara lain Menyuap.

* Menghasilkan Berita yang faktual dan jelas sumbernya.

* Tidak melakukan rekayasa Pengambilan dan Pemuatan atau Penyiaran Gambar, Foto, Suara dengan dilengkapi keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang.

* Menghomati pengalaman Traumatik Nara Sumber dalam penyajian Gambar foto dan Suara.

* Tidak melakukan plagiat termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri.

* Penggunaan Cara cara tertentu yang tak sesuai dengan Kode Etik dapat dipertimbangkan penggunaannya untuk peliputan Berita Investigasi kepentingan publik.  

 

 

 

 

 

 

 

    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar